Kayu Bekas Laris di Bali

SEPI PEMBELI - Suasana sebuah toko kayu di kawasan
Jalan Perdagangan Banjarmasin. Para pedagang kayu
di Banjarmasin diharapkan bisa membidik sektor selain
konstruksi, salah satunya kerajinan.
BANJARMASIN - Geliat bisnis kayu di Kalsel memang semakin mengendur. Selain harganya yang semakin mahal, kayu untuk keperluan konstruksi perumahan juga semakin langka keberadaannya. Alhasil, banyak pedagang kayu di Banjarmasin yang gulung tikar.


Namun, dibalik lesunya bisnis jualan kayu di Banjarmasin, masih ada secercah harapan. Seperti yang dilakoni oleh H Pani, seorang pedagang kayu di kawasan AMD Permai Banjarmasin. Tak sekadar membidik sektor konstruksi, H Pani juga mengincar sektor kerajinan agar bisnis kayu yang dilakoninya tetap berjalan. "Selain dijual secara lokal, saya secara rutin juga memenuhi permintaan pasar kayu bekas untuk kerajinan ukiran di Bali. Ternyata kayu-kayu bekas yang sudah tua, juga cukup laris dijual ke Bali," ungkap H Pani.

Dikatakannya, kayu-kayu bekas yang merupakan sisa pembangunan rumah sangat bernilai ekonomis di Bali. "Sebagaimana diketahui, Bali merupakan kawasan yang banyak perajin ukiran. Nah, kayu-kayu bekas ini merupakan bahan baku utama untuk membuat kerajinan ukiran di sana," paparnya.

Tak tanggung-tanggung, ketika ada orderan, H Pani bahkan mengapalkan setidaknya hingga 50 kubik kayu bekas dengan omset kotor mencapai Rp20 jutaan. "Yang paling banyak dikirim memang kayu ulin. Karena walaupun teksturnya keras, ternyata kayu ulin sangat indah kalau dibuat ukiran. Hasil ukiran dari kayu ulin bahkan sudah mengkilap warna hitam tanpa dicat, ini yang disukai turis," katanya.

Di sisi lain, karena cukup menjanjikan, H Pani berharap pemerintah daerah Kalsel memberikan perhatian terhadap sektor bisnis ini. "Setidaknya, harus ada pembinaan dan arahan kepada para pedagang kayu. Karena, kalau tidak dibimbing dan dimotivasi dengan baik, nasib pedagang kayu bakal semakin terpinggirkan," tandasnya.(oza)