CEK KESEHATAN - Pengunjung CFD di Siring Sabilal Muhtadin melakukan cek kesehatan gratis dalam rangka Peringatan Hari Farmasi Sedunia yang digelar oleh DPD IAI Kalsel, Minggu (4/10). |
BANJARMASIN - Jumlah tenaga ahli kesehatan di Kalsel ternyata masih belum
sebanding dengan jumlah masyarakat. Terutama tenaga kesehatan di bidang
apoteker. Padahal, pada saat ini kebutuhan masyarakat Kalsel akan tenaga
apoteker sangat tinggi. Alhasil, pelayanan kesehatan masyarakat Kalsel, terutama
dalam bidang peracikan obat kerap mengalami kendala.
Menurut Ketua DPD
Ikatan Apoterk Indonesia (IAI) Kalsel, Hasan Ismail, tenaga apoteker yang
berlisensi yang ada di Kalsel hanya mencapai 300 orang. Jumlah tersebut
tentunya belum mencukupi untuk melayani masyarakat Kalsel yang kini sudah
mencapai lebih dari 2 juta jiwa. "Idealnya, satu apoteker hanya untuk
seratus orang pasien. Kalau sekarang ini di Kalsel, mau tidak mau tiap satu
orang apoteker harus melayani kurang lebih 1000 pasien. Ini menandakan Kalsel
sedang krisis tenaga apoteker," ungkap Hasan di sela-sela acara peringatan
Hari Farmasi Sedunia di area Car Free Day (CFD) Siring Sabilal Muhtadin, Minggu
(4/10).
Hasan menuturkan
minimnya jumlah apoteker di Kalsel tersebut dikarenakan berbagai faktor. Salah
satunya adalah belum tersedianya program studi profesi apoteker. "Para
apoteker yang ada di Kalsel semuanya mengenyam pendidikan studi profesi
apoteker di Pulau Jawa. Sehingga, begitu lulus, sebagian besar banyak yang
bekerja di apotek atau rumah sakit besar di Pulau Jawa," paparnya.
Mereka enggan kembali
ke Kalsel lantaran pekerjaan sebagai apoteker di Pulau Jawa lebih menjanjikan.
"Kalau bekerja di Kalsel, formasi tenaga apoteker (PNS) masih sangat minim
dan jangka waktu menunggu lowongan sebagai apoteker sangat lama. Selain itu,
apabila memilih bekerja di apotik di Kalsel, gajinya juga tidak
sebanding," tambahnya.
Namun, ada juga yang
terpanggil untuk kembali ke Kalsel, mengabdi sebagai apoteker Banua.
"Untuk itulah, mereka kami rangkul untuk bergabung dengan IAI Kalsel.
Sehingga, apabila kelak ada informasi terkait profesi apoteker, bisa dikabarkan
secepatnya. Selain itu, dengan bergabung dengan IAI Kalsel, mereka juga kami
libatkan dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, serta edukasi mengenai
kefarmasian dan obat-obatan kepada masyarakat," ujarnya.
Di sisi lain, Hasan
berharap Pemerintah Daerah Kalsel membuka lapangan kerja atau formasi tenaga
apoteker secara maksimal. "Dengan demikian, para tenaga apoteker di Kalsel
bisa lebih cepat terserap di dunia kerja. Sekaligus, dapat memberikan pelayanan
kefarmasian secara lebih merata kepada masyarakat Kalsel," tambahnya.
Ditanyakan mengenai
kegiatan peringatan hari Farmasi Sedunia yang sejatinya jatuh setiap 24
September, Hasan punya jawaban sendiri. "Memang kegiatan ini digelar agak
terlambat dari yang dijadwalkan. Soalnya, masing-masing pengurus sama-sama
sibuk. Makanya, baru hari ini (kemarin, red) acara ini bisa terlaksana,"
ujarnya.
Dalam kegiatan
tersebut, para apoteker yang tergabung dalam IAI Kalsel melakukan aksi sosial.
Diantaranya, membagikan masker gratis, cek kesehatan gratis, hingga konsultasi
mengenai obat-obatan.(oza)