SERIUS – Suasana diskusi seminar kebijakan fiskal yang digelar oleh Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI di Rattan Inn Banjarmasi, Selasa (8/9). |
Dalam paparannya, Handry menjelaskan ekonomi Kalsel melambat 3,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year). Penurunan ekspor batubara dan CPO Kalsel belakangan ini membuat dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian di Kalsel. “Dari model yang dikembangkan, ternyata memang hanya harga batubara, nilai ekspor, dan pembentukan modal yang signifikan memberikan imbas negatif bagi perekonomian di Kalsel. Sedangkan, harga minyak kelapa sawit, harga karet, justru tidak terlalu signifikan pengaruhnya dibandingkan batubara,” urai Handry.
Handy menjelaskan secara faktual, ekspor minyak sawit dan karet memang tidak terlalu dominan dalam ekspor Kalsel. “Prediksi ke depan, pertumbuhan ekonomi satu triwulan masih akan mengalami perlambatan. Oleh karena itu, belanja modal harus dipacu sehingga dapt menahan perlambatan ekonomi Kalsel,” tambahnya.
Di sisi lain, Handry tak menampik kondisi moneter nasional dan global yang saat ini sedang pincang, juga turut memperparah keadaan ekonomi nasional, tak terkecuali di Kalsel. “Hal ini jangan dijadikan momok, justru harus dijadikan tantangan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu perbaikan kinerja perekonomian nasional melalui paket kebijakan fiscal yang lebih baik. Sehingga, program pembangunan ekonomi daerah bisa terdongkrak yang nantinya juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional,” tandasnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Marwanto Harjowirjono mengharapkan melalui seminar ini diharapkan akan memberikan pengetahuan sekaligus motivasi kepada pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kinerja. “Dengan peningkatan kinerja yang baik, didukung kebijakan fiskal yang tepat dari pemerintah, saya optimistis perekonomian nasional bisa kembali stabil,” tandasnya.(oza)