PATUT DITIRU - Retno Hasputi (kiri) bersama putrinya Rachmania
menunjukkan hasil kerajinan kayu pinus di rumahnya di Jalan Gondosuli, Malang, Jawa Timur (10/9). |
Program Mitra Usaha Mandiri yang digagas oleh Bank Mandiri banyak melahirkan kisah-kisah inspiratif. Seperti dialami Retno Hasputi seorang perajin kayu asal Malang, Jawa Timur. Mengawali usaha dengan ketekunan dan modal minim, Retno kini berubah menjadi seorang pengusaha kreatif dengan omzet hingga Rp30 jutaan per bulan.
Fauzan Ridhani, Malang
Sebuah rumah minimalis di kawasan Jalan Gondosuli 4, Kota Malang penuh sesak puluhan orang. Yang memenuhi rumah tersebut ternyata bukan tamu atau tetangga sekitar rumah, melainkan para jurnalis dan fotografer dari berbagai Kota di Indonesia yang sedang meliput kerajinan kayu milik Retno Hasputi. Ya, hari di pertama (10/9) Bank Mandiri selaku penyelenggara kegiatan Mandiri Media Gathering 2015 menjadwalkan para jurnalis meliput salah satu mitra usahanya yang sukses itu.
Rumah Retno memang minimalis, tapi isinya penuh karya seni kerajinan kayu yang mempesona. Mulai dari kotak tisu, nampan, perlengkapan dapur, hingga berbagai ukiran unik dan menarik berbahan dasar kayu pinus terpajang rapi di etalase rumahnya. Sementara, delapan karyawannya tengah sibuk mengoperasikan mesin pemotong kayu. Kayu-kayu pinus yang sudah dibuat kotak-kotak sebesar ponsel dan digambar pola kemudian diletakkan di mesin pemotong. Dengan terampil, para karyawan menggerakkan kayu di atas mesin pemotong. Kemudian diukir mengikuti pola yang sudah tergambar di potongan kayu. Hasilnya mengagumkan, presisi dan artistik sesuai pola yang tergambar.
Selesai diproses di atas mesin pemotong, kayu-kayu tersebut kemudian diamplas sampai halus. Selanjutnya, ada karyawan lain yang bertugas melakukan sentuhan akhir, yakni pengecatan. “Kalau yang kecil-kecil seperti ini, hasilnya jadi gantungan kunci. Kalau yang pengerjaannya rumit, ada yang jadi mainan anak-anak, nampan, kotak tisu, dan wadah pisau dapur,” ujar Retno
Retno menceritakan memulai usahanya itu sejak 1992 silam. Waktu itu, Retno memikirkan limbah kayu pinus yang melimpah di kampungnya. Tidak tahu mau dijadikan apa, limbah kayu pinus lantas dibawa pulang ke rumahnya. “Awalnya iseng, saya ukir-ukir sembarang limbah kayu pinus itu. Karena asal-asalan, ya hasilnya biasa saja. Tapi, karena sering, saya jadi makin mahir mengukir kayu pinus,” ceritanya.
Lantas terlintas ide di benak Retno. Dia yakin, limbah kayu pinus ini bisa jadi sesuatu yang bermanfaat dan menghasilkan. “Kenapa tidak saya ukir bagus-bagus, lantas dicat, dan dijual. Siapa tahu laku. Eh, kok laku beneran,” kekehnya dengan logat Jawa Malang yang khas.
Retno kemudian bertekad untuk lebih serius mengolah limbah kayu pinus. Namun, tidak bisa dipungkiri dalam membuat usaha kerap terkendala modal alias pendanaan. Pengajuan proposal usahapun dirintis. Sampai akhirnya, proposal usahanya itu direspons oleh Bank Mandiri Malang. “Saya kemudian disarankan mengikuti program Mandiri Mitra Usaha dan diberikan pinjaman modal usaha sebesar Rp10 juta,” kenangnya.
Berbekal modal tersebut, Retno semakin meningkatkan kinerjanya. Retno tak ingin modal usaha yang perolehnya dari Bank Mandiri sia-sia. “Modal saya belikan peralatan, cat, dan operasional. Alhamdulillah usaha yang saya geluti lancar sampai sekarang. Omzetnya berada di kisaran Rp30 jutaan per bulan,” sambung pemilik GS4 Woodcraft tersebut.
Seiring waktu, pangsa pasar dan penjualan produk kerajinan kayu Retno makin berkembang. Tidak hanya di Jawa Timur, produk kerajinan Retno sudah merambah ke provinsi lain. Untuk semakin memperkenalkan hasil kerajinannya, Retno juga kerap ikut pameran. “Saya ingin mempelajari kebijakan ekspor impor barang. Soalnya, ke depan saya punya rencana untuk mempromosikan produk ini ke luar negeri,” tambahnya.
Senior Vice President Bank Mandiri Wilayah VII Surabaya, Sugeng Hariadi, menuturkan pihaknya mendukung kreativitas masyarakat berjiwa wirausaha. “Tim kami di seluruh Indonesia siap membantu masyarakat yang ingin berwirausaha melalui program Mandiri Wirausaha. Dan kami optimistis, perkembangan sektor usaha kecil yang didukung perbankan akan mampu memberikan kontribusi penting bagi stabilitas ekonomi nasional,” paparnya.
Selesai berkunjung ke rumah Retno, panitia mengajak para jurnalis jalan-jalan ke Museum Angkut. Keesokan harinya (11/9) jadwal akan padat dengan berbagai pelatihan mengenai seluk-beluk perbankan oleh Bank Mandiri, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Harris Hotel Malang. Saya tak sabar menantikan agenda terakhir yang dijadwalkan panitia pada hari Sabtu (12/9), yakni jalan-jalan ke Gunung Bromo.(oza)