BANJARMASIN - Semakin melemahnya kondisi kurs Rupiah terhadap Dollar AS membuat perdagangan barang-barang elektronik memburuk. Pasalnya, kenaikan melemahnya nilai tukar Rupiah yang mencapai Rp14 ribuan per 1 Dollar AS, otomatis ikut menggerek kenaikan harga produk elektronik. Alhasil, daya beli masyarakat akan produk elektronik juga ikut keok.
Berdasarkan pantauan Radar Banjarmasin, turunnya daya beli masyarakat Kota Banjarmasin akan produk elektronik terlihat dari sepinya tingkat kunjungan dan pembelian produk elektronik. Menurut Alfian, supervisor sebuah toko elektronik di bilangan Kayutangi Banjarmasin, konsumen kini banyak pertimbangan sebelum berniat membeli produk elektronik. "Selain beralasan harganya sedang mahal, konsumen menganggap produk elektronik bukanlah kebutuhan utama. Sehingga, mereka agak menahan diri membeli produk elektronik di saat kurs Rupiah atas Dollar AS sedang melemah seperti sekarang ini," papar Alfian kepada Radar Banjarmasin.
Alfian memprediksi penurunan daya beli masyarakat akan produk elektronik akan mencapai 40 persen. "Kecuali kurs Rupiah atas Dollar AS bisa menguat atau minimal terkoreksi ke angka normal. Karena, penjualan produk elektronik sangat berpatokan pada Dollar AS yang cenderung fluktuatif," paparnya.
Hal senada diungkapkan oleh Amin, pemilik sebuah toko elektronik di Pasar Blauran Baru Banjarmasin. Dikatakan Amin, bulan Agustus ini menjadi bulan terburuk untuk bisnis penjualan produk elektronik. "Tidak hanya produk elektronik impor, produk elektronik lokal juga mengalami kenaikan. Karena bahan baku produk elektronik rata-rata diimpor dari luar negeri yakni Jepang, Cina, Korea, dan Thailand," urainya.
Kendatipun demikian, Amin tak ingin putus asa. "Ya tetap jualan saja seperti biasanya. Sembari berharap mudah-mudahan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bisa kembali stabil. Sehingga, daya beli masyarakat akan produk elektronik bisa normal lagi," tandasnya.(oza)
Berdasarkan pantauan Radar Banjarmasin, turunnya daya beli masyarakat Kota Banjarmasin akan produk elektronik terlihat dari sepinya tingkat kunjungan dan pembelian produk elektronik. Menurut Alfian, supervisor sebuah toko elektronik di bilangan Kayutangi Banjarmasin, konsumen kini banyak pertimbangan sebelum berniat membeli produk elektronik. "Selain beralasan harganya sedang mahal, konsumen menganggap produk elektronik bukanlah kebutuhan utama. Sehingga, mereka agak menahan diri membeli produk elektronik di saat kurs Rupiah atas Dollar AS sedang melemah seperti sekarang ini," papar Alfian kepada Radar Banjarmasin.
Alfian memprediksi penurunan daya beli masyarakat akan produk elektronik akan mencapai 40 persen. "Kecuali kurs Rupiah atas Dollar AS bisa menguat atau minimal terkoreksi ke angka normal. Karena, penjualan produk elektronik sangat berpatokan pada Dollar AS yang cenderung fluktuatif," paparnya.
Hal senada diungkapkan oleh Amin, pemilik sebuah toko elektronik di Pasar Blauran Baru Banjarmasin. Dikatakan Amin, bulan Agustus ini menjadi bulan terburuk untuk bisnis penjualan produk elektronik. "Tidak hanya produk elektronik impor, produk elektronik lokal juga mengalami kenaikan. Karena bahan baku produk elektronik rata-rata diimpor dari luar negeri yakni Jepang, Cina, Korea, dan Thailand," urainya.
Kendatipun demikian, Amin tak ingin putus asa. "Ya tetap jualan saja seperti biasanya. Sembari berharap mudah-mudahan kurs Rupiah terhadap Dollar AS bisa kembali stabil. Sehingga, daya beli masyarakat akan produk elektronik bisa normal lagi," tandasnya.(oza)