MUHAZIR FANANI |
Muhazir mengutip data Bloomberg yang menunjukkan mata uang Rupiah anjlok ke posisi Rp14.090 per dollar AS. Ia berpendapat, keadaan pemerintahan baru dan segala program kerja yang dibuat tidak mampu menepis pengaruh global yang terus menekan Rupiah. “Bahkan, masuk awal 2015 ketika program-program Jokowi sudah mulai terlihatarahnya, belum juga mendapat respons positif dari pasar keuangan, malah cenderung semakin memburuk,” urainya.
Muhazir juga memaparkan data yang dirilis oleh Bank Federal AS (The Fed) dan People’s Bank of China (PBoC). “Setelah sentimen The Fed sudah mereda dan pasar keuangan sudah mulai menyesuaikan, cobaan terhadap Rupiah ternyata belum berakhir. Pada 11 Agustus 2015 yang lalu, People's Bank of China (PBoC) atau bank sentral China mengimplementasikan kebijakan terbaru dengan melakukan devaluasi Chinese Yuan Renminbi (CNY) rates sebesar 1,9 persen,” sebutnya.
"Hal tersebut diperparah dengan penurunan harga komoditas dunia akibat melemahnya ekonomi China. Ekspor Indonesia anjlok, pertumbuhan ekonomi pun terus mengalami perlambatan hingga saat ini," tegasnya.
Di sisi lain, Muhazir mengajak kepada seluruh unsur kepemudaan dan juga seluruh elemen masyarakat Banua untuk ikut memberikan perhatian penuh terhadap kondisi moneter nasional saat ini. "Kita coba luruskan kiblat bangsa, kalau memang beragam permasalahan bangsa tidak mampu diselesaikan, maka sewajarnya masyarakat mengkritik tegas kepemimpinan Jokowi-Jk," tegasnya.(oza)