BANJARMASIN – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI berencana untuk mengimpor 2,2 ton garam. Hal ini dinilai sebagian kalangan sebagai ironisme. Pasalnya, pasokan garam nasional kini sedang melimpah. Alhasil, garam impor tersebut akan dipasarkan kepada masyarakat Indonesia tersebut diyakini bakal memukul usaha garam lokal yang tergolong usaha kecil.
Berdasarkan
informasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, selama
ini Kalsel tidak pernah mengimpor garam dan tidak ada importir garam. Pasalnya,
Kalsel hanya mengandalkan pasokan garam konsumsi dan industri yang dikirim dari
Pulau Jawa. “Status pengiriman garam ke Kalsel adalah pengiriman antar pulau,
yakni dari Jakarta dan Jawa Timur. Kalaupun garam tersebut diimpor dari luar
negeri, maka yang tegolong daerah pengimpornya adalah Jakarta dan Jawa Timur,
bukan Kalsel,” sanggah Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri (Kabid Dagri)
Disperindag Kalsel, Riaharti Zulfahani, kepada Radar Banjarmasin, Senin (10/8).
Wanita
yang akrab disapa Ria ini menjelaskan kalaupun sudah beredar garam impor di
pasaran Kalsel, maka akan sangat sulit dibedakan dengan garam lokal. Karena,
garam memiliki karakteristik dan bentuk fisik yang nyaris sama. “Bahkan, lebih
sulit daripada membedakan gula rafinasi dengan gula biasa,” ujarnya.
Ria
menuturkan untuk di Kalsel saat ini belum ditemukan adanya garam dari luar
negeri atau garam impor. “Semua garam yang dijual di pasaran Kalsel yang kami
ketahui adalah produk lokal. Kalaupun ada yang beda, paling-paling garam
premium atau garam bermerek terkenal yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan
dengan garam lokal biasa,” sambungnya.
Ketika
ditanya apakah garam impor tersebut bakal mengancam industri garam lokal dan
nasional, Ria tak berani memprediksi. “Kebijakan impor garam ini kan kebijakan
dari pemerintah. Mudah-mudahan, pemerintah juga mengimbanginya dengan
melindungi industri garam lokal. Di Kalsel sendiri, hanya ada satu pabrik garam
di Banjarbaru,” tandasnya.(oza)