BANJARMASIN - Kisruh persoalan melambungnya harga daging sapi di Pulau Jawa nampaknya kecil bakal berimbas ke Kalsel. Pasalnya, hingga saat ini para pedagang daging sapi potong di Kalsel masih tetap berjualan dan tidak mogok seperti di Pulau Jawa. Di samping itu, Badan Urusan Logistik (Bulog) yang diberi amanat oleh pemerintah menyebar jatah daging sapi impor, belum ada sinyalemen untuk menyebarkannya hingga ke Kalsel.
Menurut Humas Bulog Divisi Regional Kalsel, Yusran, hingga saat ini belum ada arahan dari Bulog Pusat terkait penyebaran daging sapi impor di Kalsel. "Sampai saat ini belum ada arahan atau instruksi secara lisan maupun tertulis dari Bulog Pusat terkait hal itu. Seandainya ada perkembangan terbaru, pasti akan kami kabari," ungkap Yusran kepada Radar Banjarmasin, Rabu (12/8).
Yusran menjelaskan kisruh kenaikan harga daging sapi potong sebenarnya hanya heboh di Pulau Jawa. Menurutnya, permintaan masyarakat di Pulau Jawa akan daging sapi potong adalah yang tertinggi dibandingkan dengan daerah lain. "Daging sapi sudah menjadi komoditi utama di Jawa. Karena selain untuk konsumsi sendiri, banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari daging sapi, misalnya pedagang bakso, rumah makan, atau kuliner olahan daging sapi lainnya," sambungnya.
Makanya, lanjut Yusran, ketika harga daging sapi naik, diprediksi bakal berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Di samping itu, pasokannya juga minim, sehingga menimbulkan opsi impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. "Alhasil, para pedagang sapi di sana takut merugi dan memilih mogok jualan. Efeknya domino, para pedagang bakso dan sejenisnya tidak bisa jualan," urainya.
Di sisi lain, Yusran menilai stok sapi lokal di Kalsel terbilang cukup. "Untuk tahun ini sepertinya aman-aman saja, kecuali nanti menjelang Idul Adha pasti ada peningkatan permintaan sapi hidup untuk kurban. Kalaupun sapi lokal tidak mencukupi, biasanya para peternak atau pedagang akan mendatangkan dari Pulau Jawa," tandasnya.(oza)
Menurut Humas Bulog Divisi Regional Kalsel, Yusran, hingga saat ini belum ada arahan dari Bulog Pusat terkait penyebaran daging sapi impor di Kalsel. "Sampai saat ini belum ada arahan atau instruksi secara lisan maupun tertulis dari Bulog Pusat terkait hal itu. Seandainya ada perkembangan terbaru, pasti akan kami kabari," ungkap Yusran kepada Radar Banjarmasin, Rabu (12/8).
Yusran menjelaskan kisruh kenaikan harga daging sapi potong sebenarnya hanya heboh di Pulau Jawa. Menurutnya, permintaan masyarakat di Pulau Jawa akan daging sapi potong adalah yang tertinggi dibandingkan dengan daerah lain. "Daging sapi sudah menjadi komoditi utama di Jawa. Karena selain untuk konsumsi sendiri, banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari daging sapi, misalnya pedagang bakso, rumah makan, atau kuliner olahan daging sapi lainnya," sambungnya.
Makanya, lanjut Yusran, ketika harga daging sapi naik, diprediksi bakal berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Di samping itu, pasokannya juga minim, sehingga menimbulkan opsi impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. "Alhasil, para pedagang sapi di sana takut merugi dan memilih mogok jualan. Efeknya domino, para pedagang bakso dan sejenisnya tidak bisa jualan," urainya.
Di sisi lain, Yusran menilai stok sapi lokal di Kalsel terbilang cukup. "Untuk tahun ini sepertinya aman-aman saja, kecuali nanti menjelang Idul Adha pasti ada peningkatan permintaan sapi hidup untuk kurban. Kalaupun sapi lokal tidak mencukupi, biasanya para peternak atau pedagang akan mendatangkan dari Pulau Jawa," tandasnya.(oza)