Optimis Normal Pasca Lebaran

DISPLAY UNIT – Suasana pameran mobil di sebuah mall di
Banjarmasin kala Ramadan, beberapa waktu lalu.
BANJARMASIN – Bulan Ramadan kerap menjadi bulan yang suram bagi penjualan mobil. Pasalnya, di bulan Ramadan, masyarakat lebih fokus membeli kebutuhan pokok ketimbang membeli mobil. Apalagi, kurs Dollar terhadap Rupiah yang cenderung fluktuatif, membuat harga mobil kerap melambung. Alhasil, daya beli masyarakat terhadap mobil juga terpuruk.

    Agus, tenaga marketing dari sebuah diler mobil di Banjarmasin mengakui penurunan penjualan ini sudah terjadi sejak sebelum Ramadan. Menurutnya, lesunya bisnis tambang di Kalsel beberapa tahun ini menjadi pemicu utama konsumen enggan membeli mobil baru. “Apalagi sekarang sudah memasuki bulan Ramadan, keinginan masyarakat untuk beli mobil baru pasti tertahan. Pengusaha-pengusaha besar juga harus menghemat anggarannya karena harus bayar Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya, ini juga jadi pertimbangan mereka dalam membeli mobil baru,” ungkap Agus.
    Kendatipun penjualan masih lesu, Agus dan kawan-kawan tetap semangat untuk mempromosikan mobil-mobil andalannya. Hal ini dibuktikan dengan tetap menggelar pameran singkat selama Ramadan. ”Pameran ini kami laksanakan untuk memancing prospek yang potensial dari calon pembeli. Mungkin, untuk saat ini konsumen masih enggan, namun tetap kami sodori paket-paket penjualan mobil baru. Mudah-mudahan, nanti setelah Lebaran konsumen tertarik membeli,” paparnya.
    Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pedagang Mobil Kalimantan Selatan (APMKS) Yanto, tak menampik penjualan mobil nasional kini sedang lesu. ”Tidak hanya di Kalsel, di seluruh Indonesia bisnis dagang mobil masih merunduk. Penyebabnya, ekonomi melambat, kurs Dollar masih tinggi, dan adanya kenaikan inflasi nasional,” urainya.
    Yanto menuturkan normalisasi bisnis penjualan mobil tidak bisa diprediksi. ”Mudah-mudahan saja ekonomi nasional ke depannya semakin cerah. Sebagai pedagang tentunya harus tetap optimis dalam berjualan, omzet naik turun sudah biasa,” timpalnya.(oza)