BANJARMASIN - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalsel menggelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2014 di Hotel Golden Tulip Banjarmasin, Rabu (24/12) tadi. Acara ini dihadiri oleh stakeholders dari berbagai unsur, seperti Pemerintah Provinsi Kalsel, DPRD Provinsi Kalsel, Bupati/Walikota di Kalsel, Kanwil Perbendaharaan dan Kanwil Pajak Kalsel, SKPD Provinsi Kalsel, Asosiasi, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Kalsel, Pimpinan Perbankan, Akademisi, dan unsur media di Kalsel.
Dalam gelaran tahunan tersebut, Kepala Perwakilan BI Harymurthy Gunawan menyampaikan sambutannya yang bertema “Mengawal Stabilitas, Bersinergi Mempercepat Reformasi Struktural Kalimantan Selatan”. Dalam sambutannya, Harymurthy Gunawan menyampaikan berbagai tantangan, arah serta prospek perekonomian ke depan.
Disampaikan pria yang akrab disapa Hary ini di tengah gejolak dan ketidakpastian perekonomian global, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh walaupun sedikit melambat. Salah satu yang gejolak yang sudah menanti adalah risiko gejolak di pasar keuangan global akibat kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
“Selain itu, terdapat adanya kerentanan tambahan di tingkat mikro. Pertama, tingkat utang luar negeri korporasi yang semakin membesar, namun sebagian besarnya belum terlindungi dari risiko gejolak kurs. Kedua, adanya akumulasi modal portofolio oleh investor luar negeri pada obligasi negara yang sudah sangat besar, dan ini dapat dengan mudah mengalir keluar serta memicu gejolak kurs ketika terjadi gejolak dari eksternal,” ungkap Hary.
Di samping tantangan tersebut, Hary menuturkan BI juga mencermati adanya tantangan struktural di sektor riil, berupa kelemahan pada struktur produksi domestik. “Sementara itu di sektor keuangan, Bank Indonesia mencermati kurang tersedianya alternatif pembiayaan dalam perekonomian,” sambungnya.
Di sisi lain, dengan dilandasi optimisme khususnya memperhatikan demokrasi yang semakin terkonsolidasi, BI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,1 persen hingga 5,5 persen di 2014 dan 5,4persen hingga 5,8 persen di 2015, dengan defisit neraca transaksi berjalan yang membaik. “Dengan prognosa tersebut diperkirakan kurs nilai tukar secara riil akan cukup stabil. Sementara itu, sejalan dengan ekspansi perekonomian yang lebih berimbang, laju pertumbuhan kredit diperkirakan dapat mencapai 15 persen hingga 17 persen di 2015 dan dana pihak ketiga sebesar 14 persen hingga 16 persen. Sementara untuk tahun 2015, perekonomian Kalsel diperkirakan kembali meningkat, didukung peningkatan pertumbuhan konsumsi, investasi, dan ekspor antardaerah,” tandasnya.(oza)
Dalam gelaran tahunan tersebut, Kepala Perwakilan BI Harymurthy Gunawan menyampaikan sambutannya yang bertema “Mengawal Stabilitas, Bersinergi Mempercepat Reformasi Struktural Kalimantan Selatan”. Dalam sambutannya, Harymurthy Gunawan menyampaikan berbagai tantangan, arah serta prospek perekonomian ke depan.
Disampaikan pria yang akrab disapa Hary ini di tengah gejolak dan ketidakpastian perekonomian global, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh walaupun sedikit melambat. Salah satu yang gejolak yang sudah menanti adalah risiko gejolak di pasar keuangan global akibat kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
“Selain itu, terdapat adanya kerentanan tambahan di tingkat mikro. Pertama, tingkat utang luar negeri korporasi yang semakin membesar, namun sebagian besarnya belum terlindungi dari risiko gejolak kurs. Kedua, adanya akumulasi modal portofolio oleh investor luar negeri pada obligasi negara yang sudah sangat besar, dan ini dapat dengan mudah mengalir keluar serta memicu gejolak kurs ketika terjadi gejolak dari eksternal,” ungkap Hary.
Di samping tantangan tersebut, Hary menuturkan BI juga mencermati adanya tantangan struktural di sektor riil, berupa kelemahan pada struktur produksi domestik. “Sementara itu di sektor keuangan, Bank Indonesia mencermati kurang tersedianya alternatif pembiayaan dalam perekonomian,” sambungnya.
Di sisi lain, dengan dilandasi optimisme khususnya memperhatikan demokrasi yang semakin terkonsolidasi, BI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,1 persen hingga 5,5 persen di 2014 dan 5,4persen hingga 5,8 persen di 2015, dengan defisit neraca transaksi berjalan yang membaik. “Dengan prognosa tersebut diperkirakan kurs nilai tukar secara riil akan cukup stabil. Sementara itu, sejalan dengan ekspansi perekonomian yang lebih berimbang, laju pertumbuhan kredit diperkirakan dapat mencapai 15 persen hingga 17 persen di 2015 dan dana pihak ketiga sebesar 14 persen hingga 16 persen. Sementara untuk tahun 2015, perekonomian Kalsel diperkirakan kembali meningkat, didukung peningkatan pertumbuhan konsumsi, investasi, dan ekspor antardaerah,” tandasnya.(oza)