BANJARMASIN – Hingga kini Bank Indonesia (BI) memiliki jumlah responden sebanyak 200 orang untuk wilayah Kalsel. Kepala BI Wilayah Kalsel, Harymurthy Gunawan menilai jumlah responden tersebut masih mencukupi untuk kegiatan korespondensi pada 2014 ini. Kendatipun demikian, Hary menuturkan tidak menutup kemungkinan BI Wilayah Kalsel bakal menambah lagi jumlah responden. Mengingat pertumbuhan ekonomi dan sektor bisnis di Kalsel yang semakin berkembang, sehingga membutuhkan lebih banyak jumlah responden untuk melakukan tugas korespondensi BI.
“Sebagaimana diketahui, sekarang Kalsel sudah semakin berkembang dari segi bisnis dan perekonomian. Tentunya, semakin banyak lagi sektor-sektor yang harus disurvey oleh BI. Di samping itu, indikator-indikator ekonomi yang dianalisa oleh BI juga tak lepas dari tugas para koresponden yang melakukan pemantauan langsung ke lapangan. Sehingga, perlu ada penyesuaian jumlah responden untuk menuntaskan tugas korespondensi tersebut,” ungkap Hary.
Dikatakan Hary, dalam melakukan penambahan jumlah responden juga harus memperhatikan sejumlah pertimbangan. “Diantaranya, kemampuan responden dalam melakukan tugas-tugas analisis ekonomi sektor-sektor usaha di daerah, kemampuan menguasai daerah, serta kemampuan pendekatan dengan pemerintah daerah setempat. Tentunya, hanya yang memiliki kualifikasi yang bisa menjadi responden BI,” paparnya.
Ditanyakan mengenai kendala yang dihadapi oleh responden BI di lapangan, Hary punya jawaban sendiri. “Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh para responden BI adalah ketika melakukan kegiatan korespondensi ke perusahaan-perusahaan swasta. Kegiatan korespondensi sering tertunda, lantaran pihak perusahaan swasta harus meminta izin terlebih dahulu dengan kantor pusat yang ada di Pulau Jawa,” tambahnya.
Di sisi lain, Hary meminta semua pihak agar mendukung program survey melalui korespondensi yang dilakukan oleh para responden BI. “Saya berharap agar semua lapisan masyarakat, pemerintah, dan kalangan pelaku usaha bisa bersikap koperatif dengan para responden BI. Sehingga, para responden dapat melakukan aktivitas survey korespondensi dengan lancar. Dengan demikian, BI bisa menangkap fenomena ekonomi yang sedang terjadi di masyarakat,” tandasnya.(oza)
“Sebagaimana diketahui, sekarang Kalsel sudah semakin berkembang dari segi bisnis dan perekonomian. Tentunya, semakin banyak lagi sektor-sektor yang harus disurvey oleh BI. Di samping itu, indikator-indikator ekonomi yang dianalisa oleh BI juga tak lepas dari tugas para koresponden yang melakukan pemantauan langsung ke lapangan. Sehingga, perlu ada penyesuaian jumlah responden untuk menuntaskan tugas korespondensi tersebut,” ungkap Hary.
Dikatakan Hary, dalam melakukan penambahan jumlah responden juga harus memperhatikan sejumlah pertimbangan. “Diantaranya, kemampuan responden dalam melakukan tugas-tugas analisis ekonomi sektor-sektor usaha di daerah, kemampuan menguasai daerah, serta kemampuan pendekatan dengan pemerintah daerah setempat. Tentunya, hanya yang memiliki kualifikasi yang bisa menjadi responden BI,” paparnya.
Ditanyakan mengenai kendala yang dihadapi oleh responden BI di lapangan, Hary punya jawaban sendiri. “Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh para responden BI adalah ketika melakukan kegiatan korespondensi ke perusahaan-perusahaan swasta. Kegiatan korespondensi sering tertunda, lantaran pihak perusahaan swasta harus meminta izin terlebih dahulu dengan kantor pusat yang ada di Pulau Jawa,” tambahnya.
Di sisi lain, Hary meminta semua pihak agar mendukung program survey melalui korespondensi yang dilakukan oleh para responden BI. “Saya berharap agar semua lapisan masyarakat, pemerintah, dan kalangan pelaku usaha bisa bersikap koperatif dengan para responden BI. Sehingga, para responden dapat melakukan aktivitas survey korespondensi dengan lancar. Dengan demikian, BI bisa menangkap fenomena ekonomi yang sedang terjadi di masyarakat,” tandasnya.(oza)