Perajin Ulin Terkendala Ekspor

BANJARMASIN – Produktivitas perajin kayu ulin di Kalsel cukup Tinggi. Dalam sebulan, para perajin kayu ulin tersebut dapat menghasilkan sedikitnya 50 aneka jenis kerajinan berbahan dasar kayu ulin. Sayangnya, para perajin kayu ulin tersebut masih belum mampu memasarkan hasil kerajinannya ke pasaran internasional. Padahal,
permintaan akan kerajinan kayu ulin cukup tinggi.
    Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kalsel, Bambang Supriyadi menuturkan memang sulit untuk mengekspor kerajinan kayu ulin ke luar negeri. ”Sebagaimana diketahui, kayu ulin merupakan jenis kayu yang langka. Sehingga harganya sangat mahal, dan kalau mau diekspor biayanya juga tinggi. Selain itu, pemerintah juga membatasi ekspor kayu ulin ke luar negeri,” ungkap Bambang, belum lama tadi.
    Karena masih terbentur kesulitan dan berbagai regulasi ekspor, Bambang menyarankan agar para perajin kayu ulin memasarkan produk andalannya ke pasaran nasional. ”Saya rasa minat konsumen di pasaran nasional juga bagus. Selain itu, regulasi penjualannya juga lebih mudah dibandingkan menjual ke luar negeri,” paparnya.
    Di sisi lain, Hamid, seorang staf penjualan kerajinan kayu ulin asal Banjarmasin menuturkan harga kerajinan kayu ulin memang sangat mahal. ”Untuk kerajinan seperti pintu ukir atau meja makan, dihargai mulai Rp 15 jutaan hingga di atas Rp 35 jutaan. Makanya, kerajinan kayu ulin ini sebagian besar konsumennya adalah kelas menengah ke atas,” tandasnya.(oza)