JUALAN MOBIL - Seorang SPG berdiri di samping sebuah produk mobil buatan Jepang. |
Pedagang Mobil Kalimantan Selatan (APMKS), Yanto. Dikatakan Yanto, pada 2015 penjualan mobil di Kalsel diprediksi akan melambat hingga 40 persen.
Sejumlah faktor penyebab melambatnya penjualan mobil tersebut dipaparkan Yanto masih terkait kenaikan harga BBM dan juga inflasi. “Sebagaimana diketahui, isu pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM saja sudah membuat masyarakat panik. Alhasil, menyebabkan harga barang kebutuhan pokok ikut mengalami kenaikan lebih dulu. Hal inilah yang membuat masyarakat mempertimbangkan kembali niatnya untuk membeli mobil, karena mereka lebih mengutamakan membeli kebutuhan pokok,” ungkap Yanto kepada Radar Banjarmasin, belum lama tadi.
Yanto menuturkan untuk inflasi memang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penjualan mobil. “Kenaikan inflasi, terutama di Kota Banjarmasin tentunya akan memperlambat penjualan mobil. Apalagi, Kota Banjarmasin menjadi kota yang merupakan barometer penjualan mobil baru dan bekas di Kalsel. Semakin tinggi inflasi di Banjarmasin, maka akan semakin menurunkan minat masyarakat untuk membeli mobil,” tuturnya.
Untuk saat ini, diakui Yanto melambatnya penjualan mobil baru dan bekas di Kalsel sudah mulai terasa. “Malah, penjualan hingga November ini dibandingkan tahun lalu, jauh mengalami penurunan. Tahun lalu, dalam sebulan bisa terjual antara 15 unit hingga 20 unit mobil baru dan bekas. Untuk tahun ini, dalam sebulan terjual 10 unit saja sudah syukur,” katanya.
Kendatipun demikian, Yanto tak ingin patah aral. Baginya, bisnis jual mobil baru dan bekas masih bisa dijadikan pegangan. “Tentunya, supaya lebih banyak laku, kami akan menggelar sejumlah promosi khusus. Selain itu, kami juga akan terus menjalin kerjasama dengan pihak pembiayaan guna memberikan kemudahan bagi masyarakat Kalsel yang ingin membeli mobil,” tandasnya.(oza)