BANJARMASIN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis hasil survey terbarunya mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel per Oktober 2014. Berdasarkan data BPS Kalsel, pada Oktober 2014 NTP Kalsel tercatat 99,15 poin atau turun 0,02 persen dibanding NTP September 2014. Turunnya NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih besar yaitu sebesar 0,07 persen.
”Dilihat dari subsektornya, dua subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dan tiga subsektor mengalami kenaikan NTP. Subsektor Hotikultura turun sebesar 0,36 persen, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 1,50 persen. Sementara Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen, Subsektor Peternakan naik sebesar 0,07 persen, dan Subsektor Perikanan naik sebesar 1,41 persen,” ungkap Dyan Pramono, Kepala BPS Kalsel.
Ditambahkan Dyan, pada Oktober 2014 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalsel sebesar 0,07 persen akibat naiknya indeks pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,37 persen, subkelompok sandang naik sebesar 0,31 persen, dan subkelompok kesehatan naik sebesar 0,86 persen. “Sementara itu, subkelompok bahan makanan turun sebesar 0,11 persen, subkelompok perumahan turun sebesar 0,14 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga turun sebesar 0,01 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi turun sebesar 0,02 persen,” urainya.
Di sisi lain, penurunan NTP Kalsel juga berpengaruh terhadap Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalsel. Berdasarkan data BPS Kalsel, per Oktober 2014 NTUP Kalsel mencapai 103,02 poin atau turun sebesar 0,05 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
“Pada bulan Oktober 2014, secara Nasional, Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,30 persen. Sebaliknya, Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 0,91 persen. Untuk Kalsel, NTP secara nasional masih berada di posisi papan tengah,” tandasnya.(oza)
”Dilihat dari subsektornya, dua subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dan tiga subsektor mengalami kenaikan NTP. Subsektor Hotikultura turun sebesar 0,36 persen, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 1,50 persen. Sementara Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen, Subsektor Peternakan naik sebesar 0,07 persen, dan Subsektor Perikanan naik sebesar 1,41 persen,” ungkap Dyan Pramono, Kepala BPS Kalsel.
Ditambahkan Dyan, pada Oktober 2014 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalsel sebesar 0,07 persen akibat naiknya indeks pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,37 persen, subkelompok sandang naik sebesar 0,31 persen, dan subkelompok kesehatan naik sebesar 0,86 persen. “Sementara itu, subkelompok bahan makanan turun sebesar 0,11 persen, subkelompok perumahan turun sebesar 0,14 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga turun sebesar 0,01 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi turun sebesar 0,02 persen,” urainya.
Di sisi lain, penurunan NTP Kalsel juga berpengaruh terhadap Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalsel. Berdasarkan data BPS Kalsel, per Oktober 2014 NTUP Kalsel mencapai 103,02 poin atau turun sebesar 0,05 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
“Pada bulan Oktober 2014, secara Nasional, Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,30 persen. Sebaliknya, Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 0,91 persen. Untuk Kalsel, NTP secara nasional masih berada di posisi papan tengah,” tandasnya.(oza)