HANYA MEMANDANG – Para pedagang elektronik mengeluhkan rendahnya daya beli masyarakat akan produk elektronik hingga Oktober ini. |
adi penyebab utama lesunya penjualan elektronik. Selain itu, kondis politik Indonesia yang sempat memanas pasca Pileg dan Pilpres tadi, membuat para investor elektronik cenderung waspada terhadap pasar elektronik nasional.
Herry, supervisor sebuah toko elektronik ternama di bilangan Kayutangi Banjarmasin mengakui faktor ekonomi dan politis tersebut sangat berdampak terhadap penjualan barang elektronik. “Tahun 2013 tadi, kami masih bisa mencapai angka penjualan hingga Rp3 miliar lebih. Sekarang, hingga Oktober ini, jumlah penjualan barang elektronik di toko kami baru mencapai kisaran Rp1,8 miliar,” ungkap Herry.
Dengan demikian, lanjut Herry, pihaknya masih kesulitan untuk mencapai target penjualan seperti 2013 silam. “Kami masih belum tahu apakah bisa mencapai target atau tidak. Yang jelas, tinggal dua bulan lagi akan tutup buku. Rasanya sangat sulit sekali memenuhi target penjualan kalau waktu tutup buku tinggal dua bulan,” katanya.
Herry menuturkan pihaknya sempat optimistis mampu meningkatkan penjualan ketika momen Ramadan dan Lebaran lalu. “Kenyataannya, penjualan juga cenderung jalan di tempat. Daya beli masyarakat akan produk elektronik pada saat itu justru melemah. Masyarakat lebih fokus belanja kebutuhan rumah tangga, busana, dan otomotif,” urainya.
Senada, Manager Ritel Modern Hypermart Banjarmasin, Mamiek Winarmi juga mengakui penjualan barang elektronik pada saat ini sedang mengalami masa sulit. “Konsumen sepertinya masih menahan diri untuk membeli barang elektronik. Mudah-mudahan, masa sulit ini tidak berkepanjangan. Saya berharap 2015 menjadi titik balik kebangkitan penjualan elektronik,” harapnya.(oza)