BANJARMASIN – Kiprah Bank Perkreditan Rakyat (BPR, red) di Kalsel dalam menyediakan fasilitas kredit bagi masyarakat Usaha Kecil Menengah (UKM, red) ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Betapa tidak, BPR yang kebanyakan hanya memiliki modal terbatas, ternyata terus disaingi oleh bank-bank umum yang turut ambil bagian dalam upaya penyediaan fasilitas kredit bagi UKM tersebut.
Kendatipun demikian, tak berarti BPR harus mundur teratur dan membiarkan pangsa pasar kredit makro didominasi sepenuhnya oleh bank-bank umum. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo, red) Kalsel, Abdul Majid, BPR siap menghadapi persaingan dengan bank-bank umum. “Harus diakui modal BPR tidak sebesar bank umum. Selain itu, dari segi sumber daya manusia (SDM, red) juga masih lebih sedikit dan masih minim pengalaman ketimbang SDM bank umum. Namun, kami optimistis bisa bersaing dengan bank umum,” papar pria yang akrab disapa Majid ini.
Majid menyatakan tahun 2014 ini akan menjadi titik balik kebangkitan BPR di Kalsel. Terlebih, kini BPR di Kalsel sudah memiliki bank yang menjadi bapak angkatnya alias Apex Bank, yakni Bank Kalsel. “Tentunya, BPR akan banyak dibantu dari segi permodalan dan bantua teknis lainnya. Sehingga, ini akan menjadi bagian dari strategi kami untuk mempertahankan eksistensi BPR dalam iklim perkreditan usaha kecil menengah di Kalsel,” sambungnya.
Di sisi lain, Majid menyatakan angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL, red) BPR di Kalsel makin tinggi. “Tahun 2012 tadi NPL BPR mencapai 3,79 persen. Di tahun 2013, NPL BPR makin tinggi, yakni mencapai angka 6,86 persen. Itu artinya, tingkat kredit macet BPR masih sering terjadi. Oleh karena itu, saya berharap BPR di Kalsel mampu membenahi manajemennya masing-masing, supaya bisa menekan angka NPL tersebut,” pungkasnya.(oza)
Kendatipun demikian, tak berarti BPR harus mundur teratur dan membiarkan pangsa pasar kredit makro didominasi sepenuhnya oleh bank-bank umum. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo, red) Kalsel, Abdul Majid, BPR siap menghadapi persaingan dengan bank-bank umum. “Harus diakui modal BPR tidak sebesar bank umum. Selain itu, dari segi sumber daya manusia (SDM, red) juga masih lebih sedikit dan masih minim pengalaman ketimbang SDM bank umum. Namun, kami optimistis bisa bersaing dengan bank umum,” papar pria yang akrab disapa Majid ini.
Majid menyatakan tahun 2014 ini akan menjadi titik balik kebangkitan BPR di Kalsel. Terlebih, kini BPR di Kalsel sudah memiliki bank yang menjadi bapak angkatnya alias Apex Bank, yakni Bank Kalsel. “Tentunya, BPR akan banyak dibantu dari segi permodalan dan bantua teknis lainnya. Sehingga, ini akan menjadi bagian dari strategi kami untuk mempertahankan eksistensi BPR dalam iklim perkreditan usaha kecil menengah di Kalsel,” sambungnya.
Di sisi lain, Majid menyatakan angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL, red) BPR di Kalsel makin tinggi. “Tahun 2012 tadi NPL BPR mencapai 3,79 persen. Di tahun 2013, NPL BPR makin tinggi, yakni mencapai angka 6,86 persen. Itu artinya, tingkat kredit macet BPR masih sering terjadi. Oleh karena itu, saya berharap BPR di Kalsel mampu membenahi manajemennya masing-masing, supaya bisa menekan angka NPL tersebut,” pungkasnya.(oza)