BANJARMASIN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis hasil survey terbarunya mengenai tingkat kemiskinan Provinsi Kalsel selama periode September 2013 hingga Maret 2014. Berdasarkan data BPS Kalsel angka kemiskinan Kalsel mengalami penurunan. Yakni, penurunan terjadi dari 4,76 persen (September 2013) menjadi 4,68 persen (Maret 2014).
Selama periode September 2013 – Maret 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 1.203 orang (dari 61.306 orang pada September 2013 menjadi 62.509 orang pada Maret 2014). Sementara di daerah perdesaan berkurang sebanyak 2.626 orang (dari 122.993 orang padaSeptember 2013 menjadi 120.367 orang pada Maret 2014).
Dyan Pramono Effendi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mengungkapkan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 3,75 persen, naik menjadi 3,79 persen pada Maret 2014. Sedang persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun, yaitu dari 5,50 persen pada September 2013 menjadi 5,33 persen pada Maret 2014.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2014, peranan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan(GK) sebesar 71,71 persen sedangkan pada bulan September 2013, relatif sama yaitusebesar 71,81 persen.
“Menurut status kemiskinan, penduduk dibagi menjadi empat kategori yaitu penduduk Sangat Miskin (SM), Miskin (M), Hampir Miskin (HM), dan Rentan Miskin Lainnya (RML) dan Tidak Miskin (TM). Penduduk miskin merupakan gabungan dari penduduk dengan kategori sangat miskin dan miskin. Persentase penduduk sangat miskin di perkotaan lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan,” paparnya.
Sebaliknya, tambah Dyan, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Pada Maret 2014, penduduk sangat miskin di perkotaan 1,44 persen dan di pedesaan 1,05 persen.
”Pada periode September 2013 – Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Pada Maret 2014, Indeks P1sebesar 0,629 sedangkan pada September 2013 sebesar 0,606. Kemudian Indeks P2, pada Maret 2014 sebesar 0,141 sedangkan pada September 2013 sebesar 0,114,” pungkas Dyan.(oza)
Selama periode September 2013 – Maret 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 1.203 orang (dari 61.306 orang pada September 2013 menjadi 62.509 orang pada Maret 2014). Sementara di daerah perdesaan berkurang sebanyak 2.626 orang (dari 122.993 orang padaSeptember 2013 menjadi 120.367 orang pada Maret 2014).
Dyan Pramono Effendi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel mengungkapkan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 3,75 persen, naik menjadi 3,79 persen pada Maret 2014. Sedang persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun, yaitu dari 5,50 persen pada September 2013 menjadi 5,33 persen pada Maret 2014.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2014, peranan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan(GK) sebesar 71,71 persen sedangkan pada bulan September 2013, relatif sama yaitusebesar 71,81 persen.
“Menurut status kemiskinan, penduduk dibagi menjadi empat kategori yaitu penduduk Sangat Miskin (SM), Miskin (M), Hampir Miskin (HM), dan Rentan Miskin Lainnya (RML) dan Tidak Miskin (TM). Penduduk miskin merupakan gabungan dari penduduk dengan kategori sangat miskin dan miskin. Persentase penduduk sangat miskin di perkotaan lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan,” paparnya.
Sebaliknya, tambah Dyan, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Pada Maret 2014, penduduk sangat miskin di perkotaan 1,44 persen dan di pedesaan 1,05 persen.
”Pada periode September 2013 – Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Pada Maret 2014, Indeks P1sebesar 0,629 sedangkan pada September 2013 sebesar 0,606. Kemudian Indeks P2, pada Maret 2014 sebesar 0,141 sedangkan pada September 2013 sebesar 0,114,” pungkas Dyan.(oza)