BANJARMASIN - Optimisme perekonomian Kalsel akan semakin membaik di tahun 2014 semakin kuat dengan realisasi pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Perekonomian Kalsel pada triwulan I 2014 tumbuh 5,87 persen (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,40 persen yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian dan investasi yang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini cukup memberi optimisme dunia usaha karena secara nasional perekonomian sedang mengalami perlambatan.
“Dengan pencapaian tersebut ditambah dengan indikator harga CPO yang sudah meningkat dan indikasi bertambahnya konsumsi domestik serta investasi, maka untuk tahun 2014, Bank Indonesia tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalsel dalam kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen”, ungkap Mokhammad Dadi Aryadi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Di hadapan peserta Forum Koordinasi Ekonomi dan Keuangan Regional (F-KEKR) Kalsel, kemarin (27/6) Dadi juga memaparkan kondisi infasi, kinerja perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan ketenagakerjaan. Acara yang berlangsung di Hotel Golden Tulip Bajarmasin tersebut diisi dengan Diseminasi Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalsel yang rutin diterbitkan secara triwulanan. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat dari Pemprov Kalsel dan Pemkot Banjarmasin, Instansi vertikal Kemenkeu, KADIN, Asosiasi, perbankan dan juga akademisi.
Dilihat dari sisi sektoral, perekonomian Kalsel di triwulan I 2014 masih didominasi oleh empat sektor utama yaitu, pertanian sebesar 16,6 persen, pertambangan sebesar 22,0 persen, sektor PHR 18,0 persen, dan sektor industri pengolahan di angka 10,9 persen. ”Dari ke empat sektor utama tersebut, hampir semua mengalami peningkatan kecuali pada sektor pertambangan,” tambah Dadi.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa peningkatan kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dipengaruhi oleh membaiknya produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Sementara itu, melambatnya sektor pertambangan dipengaruhi oleh pelarangan ekspor bijih besi setelah pemberlakuan UU Minerba dan penurunan ekspor batubara ke Tiongkok.
Selain melakukan diseminasi KEKR Triwulan I 2014, Forum KEKR Kalsel tersebut juga membahas mengenai kesiapan tenaga kerja Kalsel dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) 2015. Seperti diketahui bersama bahwa dengan adanya Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) 2015, maka di akhir tahun 2015 Indonesia harus siap untuk menghadapi: aliran bebas barang (free flow of goods), aliran bebas sektor jasa (free flow of services), aliran bebas investasi (free flow of investment), aliran bebas modal (free flow of capital), aliran bebas tenaga terdidik (free flow of skilled labour).(oza)
“Dengan pencapaian tersebut ditambah dengan indikator harga CPO yang sudah meningkat dan indikasi bertambahnya konsumsi domestik serta investasi, maka untuk tahun 2014, Bank Indonesia tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalsel dalam kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen”, ungkap Mokhammad Dadi Aryadi, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Di hadapan peserta Forum Koordinasi Ekonomi dan Keuangan Regional (F-KEKR) Kalsel, kemarin (27/6) Dadi juga memaparkan kondisi infasi, kinerja perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan ketenagakerjaan. Acara yang berlangsung di Hotel Golden Tulip Bajarmasin tersebut diisi dengan Diseminasi Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalsel yang rutin diterbitkan secara triwulanan. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat dari Pemprov Kalsel dan Pemkot Banjarmasin, Instansi vertikal Kemenkeu, KADIN, Asosiasi, perbankan dan juga akademisi.
Dilihat dari sisi sektoral, perekonomian Kalsel di triwulan I 2014 masih didominasi oleh empat sektor utama yaitu, pertanian sebesar 16,6 persen, pertambangan sebesar 22,0 persen, sektor PHR 18,0 persen, dan sektor industri pengolahan di angka 10,9 persen. ”Dari ke empat sektor utama tersebut, hampir semua mengalami peningkatan kecuali pada sektor pertambangan,” tambah Dadi.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa peningkatan kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dipengaruhi oleh membaiknya produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Sementara itu, melambatnya sektor pertambangan dipengaruhi oleh pelarangan ekspor bijih besi setelah pemberlakuan UU Minerba dan penurunan ekspor batubara ke Tiongkok.
Selain melakukan diseminasi KEKR Triwulan I 2014, Forum KEKR Kalsel tersebut juga membahas mengenai kesiapan tenaga kerja Kalsel dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) 2015. Seperti diketahui bersama bahwa dengan adanya Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) 2015, maka di akhir tahun 2015 Indonesia harus siap untuk menghadapi: aliran bebas barang (free flow of goods), aliran bebas sektor jasa (free flow of services), aliran bebas investasi (free flow of investment), aliran bebas modal (free flow of capital), aliran bebas tenaga terdidik (free flow of skilled labour).(oza)