Kesalahan Pusat atau Percetakan?
BANJARMASIN – Baru saja memasuki hari pertama, pelaksanaan Ujian Nasional (UN, red) SMA/SMK/MA/Sederajat 2011 sudah ditemui kejanggalan soal. Yakni, pada soal UN mata pelajaran Bahasa Indonesia, soal nomor 8, 9, dan 10 tidak tercetak. Otomatis, dari total soal yang berjumlah 100 soal tersebut, para peserta UN terpaksa mengerjakan 97 soal saja. Sedangkan, tiga nomor di lembar jawaban yang soalnya tak tercetak tersebut, terpaksa turut dikosongkan.
Info adanya soal tak tercetak ini dikabarkan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Nasional (Diknas, red) Provinsi Kalsel, Herman Taupan. Herman menyatakan pihaknya sudah menerima laporan mengenai kejanggalan soal tersebut. “Kami sudah membuat berita acara perihal tiga soal yang kosong tersebut. Selanjutnya, kami akan mengirimkan laporan berita acara tersebut ke Kementerian Pendidikan Nasional di Jakarta,” ungkap Herman.
Namun, Herman menjelaskan kejanggalan tersebut hanya ditemukan pada paket soal UN 27. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, soal UN SMA/SMK/MA/Sederajat 2011 dibedakan dalam lima paket. Yakni, paket soal UN 15, 19, 21, 27, dan 32. Masing-masing paket soal isinya berbeda satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya tindakan saling mencontek antar sesama peserta UN. “Tiga soal kosong tersebut hanya ditemukan pada paket soal UN 27. Sedangkan, pada paket soal 15, 19, 21, dan 32 lengkap saja jumlah soalnya, mulai soal nomor 1 sampai nomor 100 ada. Tidak ditemukan satu nomorpun soal kosong, seperti pada paket soal 27,” ucapnya.
Ketika ditanyakan mengenai darimana asal muasal kejanggalan soal tersebut, Herman menyatakan akan melakukan evaluasi. “Kalau master soalnya yang salah, maka kesalahan tersebut berasal dari Pusat. Karena yang mengelola master soal UN SMA adalah kewenangan Pusat. Namun, bila master soalnya benar, maka ada kemungkinan kesalahan berasal dari pihak percetakan,” ungkapnya.
Sekedar di ketahui, seluruh soal UN 2011 untuk di Kalsel dicetak oleh sebuah perusahaan percetakan lokal yang berlokasi di kawasan Liang Anggang. “Sebelum naik cetak, mesin cetak milik perusahaan percetakan tersebut di visitasi (dipantau, red) oleh tim dari Jakarta. Dan hasilnya layak untuk mencetak soal UN,” bocornya.
Kendatipun demikian, adanya tiga soal yang tak tercetak tersebut bukan digolongkan sebagai soal bonus alias tetap mendapatkan nilai walaupun jawabannya kosong. “Yang jelas, karena soalnya kosong, maka lembar jawabannya juga dikosongkan,” pungkasnya.
Sementara itu, Nurul, salah satu peserta UN 2011 merasa khawatir kalau ada soal semacam ini pada pelaksanaan UN di hari berikutnya. “Kalau soalnya kosong, apa yang mau dijawab. Terpaksa lembar jawabannya juga dikosongkan. Kalau dianggap bonus sih tidak apa-apa, tapi kalau tetap dinilai salah kan jadi merugikan. Soalnya, setahu saya kalau mengosongkan lembar jawaban maka dianggap salah dan tidak mendapatkan nilai. Mudah-mudahan, kasus soal kosong ini tidak terjadi lagi,” harapnya.(oza)